cari maklumat di sini

Your Ad Here

Wednesday, September 8, 2010

Apa perlunya pidato Sukarno ‘Ganyang Malaysia’ dimainkan semula?



Kalau kita lapar itu biasaKalau kita malu itu juga biasa Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Untuk anak-anak merdeka Malaysia yang belum tahu, ini adalah bait pidato bekas Presiden Indonesia, Sukarno ketika era Konfrontasi Malaysia-Indonesia 1960-an. Ya, memang keras!

Pidato itu diucapkan bekas presiden berkenaan pada 27 Julai 1963. Kini, setelah lebih 40 tahun, sekali lagi bait pidato itu diulangi banyak media dan blog Indonesia. [kedutaan malaysia3]

Ia berikutan rasa tidak puas hati segelitir rakyat negara itu terhadap tindakan pihak berkuasa Malaysia menangkap tiga pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia yang didakwa menceroboh perairan Malaysia, baru-baru ini.

Beberapa siri bantahan diadakan di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta dengan kemuncaknya apabila penunjuk perasaan melontar najis serta membakar Jalur Gemilang.

Taip sahaja ‘pidato ganyang Malaysia’ di Internet, anda akan menemui banyak entri terkini mengenai pidato itu, termasuk oleh web berita dan blog Indonesia yang nampaknya amat berminat ‘memutarkan semula lagu lama’ itu.

Mari kita amati versi penuh pidato itu dalam bahasa asal Indonesia:

Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat. [sukarno4]

Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!





Pidato itu adalah berikutan Indonesia, sejak Januari 1963, mengambil sikap bermusuhan dengan Malaysia kerana tidak menerima tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang memijak bendera negara itu.

Kini, bukan sahaja bendera Malaysia lambang kedaulatan bernegara dipijak dan dibakar, malah Kedutaan Besar Malaysia dilontar najis.

Siapa sebenarnya patut lebih berasa marah dan terhina?

Jika beliau masih hidup, adakah Sukarno sendiri sanggup menuturkan pidato itu ketika hubungan diplomatik dua negara sudah sampai ke tahap berpalit najis? – inimajalah.com

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

akhbar on line

Your Ad Here